Teks Lomba Baca Puisi Porseni 2013

Orang-Orang Miskin
Oleh : W.S. Rendra

Orang-orang miskin di jalan,
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.

Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.

Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.

Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.

Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.

Orang-orang miskin di jalan
masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya
menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan.

Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.

Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,
bagai udara panas yang selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah :
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim


Yogya, 4 Pebruari 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi


====================================================

Sajak Sebatang Lisong
Oleh : W.S. Rendra

Menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya,
mendengar 130 juta rakyat,
dan di langit
dua tiga cukong mengangkang,
berak di atas kepala mereka

Matahari terbit.
Fajar tiba.
Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan.

Aku bertanya,
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet,
dan papantulis-papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan.

Delapan juta kanak-kanak
menghadapi satu jalan panjang,
tanpa pilihan,
tanpa pepohonan,
tanpa dangau persinggahan,
tanpa ada bayangan ujungnya.
…………………

Menghisap udara
yang disemprot deodorant,
aku melihat sarjana-sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya;
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiun.

Dan di langit;
para tekhnokrat berkata :

bahwa bangsa kita adalah malas,
bahwa bangsa mesti dibangun;
mesti di-up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

Gunung-gunung menjulang.
Langit pesta warna di dalam senjakala
Dan aku melihat
protes-protes yang terpendam,
terhimpit di bawah tilam.

Aku bertanya,
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
termangu-mangu di kaki dewi kesenian.

Bunga-bunga bangsa tahun depan
berkunang-kunang pandang matanya,
di bawah iklan berlampu neon,
Berjuta-juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau,
menjadi karang di bawah muka samodra.
………………

Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing.
Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
Kita mesti keluar ke jalan raya,
keluar ke desa-desa,
mencatat sendiri semua gejala,
dan menghayati persoalan yang nyata.

Inilah sajakku
Pamplet masa darurat.
Apakah artinya kesenian,
bila terpisah dari derita lingkungan.
Apakah artinya berpikir,
bila terpisah dari masalah kehidupan.


19 Agustus 1977
ITB Bandung

====================================================

Aku Tulis Pamplet Ini
Oleh : W.S. Rendra

Aku tulis pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng – iya – an

Apa yang terpegang hari ini
bisa luput besok pagi
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki
menjadi marabahaya
menjadi isi kebon binatang

Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan

Aku tulis pamplet ini
karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos.
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.

Aku tidak melihat alasan
kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.

Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah

yang teronggok bagai sampah
Kegamangan. Kecurigaan.
Ketakutan.
Kelesuan.
Aku tulis pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca :
ternyata kita, toh, manusia !

Pejambon Jakarta 27 April 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi

Porseni PAC IPNU IPPNU Paciran Siap Digelar

Sebagai rangkaian agenda rutin dan juga untuk menciptakan semangat sportifitas dan kreatifitas para Kader NU, PAC IPNU IPPNU Kecamatan Paciran mengadakan kegiataan Porseni 2013 yang akan berlangsung pada tanggal 2-4 Juli 2013 di Pimpinan Ranting IPNU IPPNU Kemantren.

Tema yang diangkat adalah "Gali Potensi, Raih Prestasi dengan Sportifitas yang Tinggi". Porseni PAC IPNU IPPNU Paciran tahun 2013 ini di ikuti oleh 17 PR/PK IPNU dan 18 PR/PK IPPNU. Adapun 7 Cabang olahraga yang akan dipertandingkan nanti adalah futsal, bulutangkis, bola voli, bola basket, tenis meja, sepak takro, catur dan 12 cabang seni yakni puisi, MTQ, sholawat nabi, mars dan hymne, pidato bahasa jawa, qosidah, cerdas cermat, baca kitab, komedi, tata boga, kaligrafi, karnafal.

"Tujuan Porseni sebagai kegiatan rutin memererat tali silaturrahim sesama anggota IPNU IPPNU se-kecematan Paciran, sehingga diperoleh kader yang berprestasi di bidangnya", kata Roni Priyono selaku ketua panitia.

Dia menambahkan, Persiapan panitia untuk penyelenggaraan kegiatan itu sudah matang dan rencananya Porseni PAC IPNU IPPNU Paciran akan dibuka Bupati Lamongan, H. Fadeli, SH., MM. pada 2 Juli 2013 mendatang.

PR IPNU IPPNU di Paciran Mampu Gelar Festifal Seni Hadrah Se-Jawa Timur

Pimpinan Ranting IPNU IPPNU Banjarwati, Drajat, Kranji dan Tunggul menggelar Festival Seni Hadrah Se-Jawa Timur dalam rangka Peringatan Isro' Mi'roj Nabi Muhammad SAW. di Halaman MI Mambaul Ma'ari Banjarwati Paciran Lamongan, Kamis (6/6). Kegiatan ini diresmikan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Lamongan DR. H. Yuhronur Effendi.


Dalam sambutannya, Yuhronur mengatakan, "Hadrah adalah media dakwah yang kini telah berkembang pesat, tak hanya di pesantren tapi telah masuk juga perkotaan," katanya.

Karena itu, Yuhronur berharap, seni hadrah akan terus mengalami perkembangan pesat sebagai media dakwah. "Seni hadrah ini sangat bermakna bagi Warga Lamongan. Tentu, Pemerintah berharap, seni islami akan akan terus berkembang,” paparnya.

Pada kesempatan tersebut, Yuhronur juga mengatakan, bahwa dalam seni hadrah, selain bisa menjadi media dakwah Islam, juga bisa membawa dampak positif, yaitu kesehatan bagi para pemainnya.

"Untuk memainkan hadrah, tak perlu pakai alat. Hadrah ini dimainkan pakai tangan telanjang. Bermain musik seperti hadrah ini juga bisa membawa ketenangan hati. Jadi bisa bikin badan sehat," katanya.

Festival Seni Hadrah ini diikuti 20 peserta terbaik dari berbagai daerah. Dari ferstival ini akan diambil 3 juara terbaik dan 2 juara harapan.